Selasa, 16 Desember 2008

makhluk lain di kamarku

Karena lelah sepulang dari nge-drive seharian, badan saya jadi pegal-pegal dan memutuskan untuk berbaring di kamarku yang sangat sederhana. Hanya beralaskan kasur busa, saya pun berbaring menyandarkan kepalaku di bantal sambil memeluk guling kesayanganku. Waktu menunjukkan pukul 20.30, dan kupejamkan mataku di sudut kamar dengan selimut terlentang di samping kasurku, ada pula beberapa pakaian kotor dan lembab di sekitar tempat tidur.

Tanpa terasa, mungkin sudah dua jam saya terlelap, saya hendak bangun dari tidurku dan bergegas menyelesaikan tugas kampus untuk ujian final besok. Namun ketika hendak membuka mata, dalam keadaan setengah sadar, mataku hanya dapat terbuka setengahnya dengan pandangan yang tidak begitu jelas dan mulutku terbuka sedikit karena terperangah. Kulihat dua sosok makhluk lain yang awalnya kupikir mereka adalah teman-temanku yang memang sudah biasa ikutan tidur di kamarku, tapi setelah ku perhatikan dengan seksama, saya sama sekali tidak pernah melihat sosok ke dua makhluk tersebut. Satu berada tepat di sisi kiriku dalam posisi berbaring searah denganku, dan yang satunya berada di sudut kamar yang lain dalam keadaan sedang duduk dan bersandar.

Sepuluh menit saya menatap mereka dan berusaha menyadarkan diri ini kalau-kalau ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Namun hal ini terasa begitu nyata karena mulut ini tak dapat rapat sampai-sampai saya merasa sangat pegal pada rahang bawah mulutku. Lalu ku tanya kepada mereka dalam hati karena mulutku sudah tak bisa berkata apa-apa seolah terbungkam. "Kalian ini siapa?", tanyaku perlahan dalam hati berharap mereka bisa mendengar dan menjawabnya. Lalu kudengar jawaban salah satu dari mereka yang ada di sudut ruangan,"Nama saya Aan", dengan mata yang belum bisa melihat sempurna, ku tatap tubuhnya. Ia seorang pria dewasa dengan pakaian serba hitam, wajahnya tak begitu terlihat jelas namun tidak menyeramkan. Kemudian yang lainnya juga menjawab,"Nama saya Aldly", dia yang berada tepat di sampingku tak berani aku menatapnya. Ia berpakaian sama seperti Aan, namun wajahnya sangat rusak seolah-olah luka bakar.

Kemudian saya bertanya lagi,"Mau apa kalian ke sini?", sambil menatap tubuh Aan, tapi sebenarnya mataku terfokus pada wajah Aldly, dan sekali lagi saya tak sanggup menatapnya. "Kami cuma mau menemani kamu yang sendirian di kamar ini", ucap Aldly dengan suara begitu berat. "Ya, kami hanya ingin menemani kamu", lanjut Aan. "Tapi, kenapa harus saya? kenapa harus di temani? saya sudah biasa sendiri di kamar ini kok", tanya saya lagi dengan nada yang sedikit bergetar antara takut dan nada protes. "Kayaknya dia tidak suka kita temani Dly, sebaiknya kita pergi saja", jawab Aan tenang ke arah Aldly. "Tidak, sebaiknya kita tetap di sini menemani dia, dari pada dia sendirian kan kasihan", terlihat oleh mataku antara Aan dan Aldly berdebat satu sama lain. Saya tidak tau, yang mana yang baik dan mana yang buruk. Apakah Aan yang hanya mengikuti saran Aldly karena awalnya memang tidak ingin menggangguku, atau Aldly yang memang memaksa Aan untuk menemaniku dan menjagaku dalam tidur?.

Akhirnya, selang 20 menit perdebatan mereka yang tidak begitu ku dengar jelas, salah satu dari mereka menghilang, lalu yang lainnya menyusul. Dan pada saat yang bersamaan, mulutku akhirnya bisa tertutup walaupun terasa sangat pegal karena sudah menganga kurang lebih setangah jam. Saya tidak memperdulikan apapun dan melanjutkan tidurku kembali tanpa berharap Aan dan Aldly kembali lagi...

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

keseharian anda tak pernah ada yang sama persis, maka ketika anda merasa dejavu, itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan untuk anda