Rabu, 29 Oktober 2008

dejavu terparah..!!

"BANGUN..!!!! BANGUN...!!!"

Suara menggelegar terdengar dalam ruangan kelas yang sudah disusun meja dan bangkunya sedemikian rupa sehingga nyaman untuk ditempati untuk tidur yang dipenuhi oleh kami (saya dan teman-temanku). Sudah lima hari lima malam kami seolah berada dalam sebuah penjara. Penjara yang akan membuat kami terlatih menjadi seorang pemimpin. Ya..., kami semua ber-tujuh belas anak laki-laki diruangan kecil ini mengikuti kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan. Dan bukan hanya kami kaum adam yang ingin terlatih menjadi seorang pemimpin. Teman kami yang tentunya anak perempuan berada di ruangan terpisah. Mereka berjumlah sepuluh orang. Dan ini adalah malam terakhir kami untuk tidur di tempat yang tidak biasanya kami tempati. Rasa senang luar biasa menghampiri hati ini. Tapi semuanya buyar ketika sekali lagi salah satu senior kami berteriak, "BANGUN..!! BANGUN..!!", dan kali ini sambil melemparkan sebuah kursi di tengah-tengah formasi lingkaran tidur kami.

Seketika kami tersentak dalam alur cerita mimpi kami yang sementara asyik-asyiknya terbang lalu sayap kami patah dan akhirnya tertancap ke bumi dengan posisi kepala terlebih dahulu. Kami serentak terbangun walaupun beberapa di antara kami masih berada di tengah-tengah kesadaran dan tidak sadar, salah satunya adalah saya. Kami memang sudah mengetahui akan dibangunkan dengan cara begini karena sudah mempelajari pengalaman hari-hari sebelumnya. Kami sudah berpakaian lengkap, jadi ketika dibangunkan kami hanya langsung berbaris dikoridor. Tapi, saya sendiri lupa memakai sepatu. Akhirnya kami semua diseret sepanjang koridor dengan senior yang berbeda-beda tiap dua meternya. Karena panik, saya hanya memakai sebelah sepatuku, dan kaki sebelahnya hanya menggunakan kaos kaki. Saya tak tau apa yang mengendalikan arahku hingga tanpa sadar saya sudah berada dalam ruangan lain. Saya tak tau saya di mana. Masih dengan mata tertutup, saya masih bisa mendengar suara orang lain lagi di dalam ruangan ,"Jangan ada yang tidur..! buka mata kalian..!!!", lalu cahaya lampu senter mengenai tepat di depan wajahku dan membuatku terbangun. Memang terasa agak sulit membuka mata, tapi perasaan deg degan dan sedikit ketakutan membuatku panik dan akhirnya membuatku bisa melihat semua yang ada di sekitarku.

Kulihat beberapa yang mungkin memang seniorku berdiri di depan kelas membicarakan sesuatu. Lalu aku berbalik ke kiri dan ke kanan. Kulihat beberapa temanku sudah sadar sebelum aku, dan masih ada juga yang masih berusaha untuk sadar, sampai-sampai ada juga yang membawa bungkusan pakaian kotornya ke dalam ruangan ini. Tentunya dialah yang paling tidak sadar. Lalu...

--wushhhh--, secepat kilat sebuah memori melintas di pikiranku. "Ya, saya tau.. saya tau di mana saya sekarang. Saya tau siapa yang ada di depan ku ini, dan saya tau apa yang akan terjadi selanjutnya", gumam saya dalam hati. Untuk kesekian kalinya dejavu kembali melintas di pikiranku. Saya sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan seniorku dan apa yang akan dia lakukan selanjutnya kepada saya dan teman-temanku semua. Ku coba menebak dengan bisikan kecil seolah-olah memperingati diriku sendiri, "sebentar lagi senior di depan akan berteriak memanggil senior lainnya yang ada di luar ruangan", dan ternyata benar, seniorku langsung saja memanggil senior lainnya. "Lalu dalam hitungan ke tiga ada 4 orang lainnya yang akan masuk", kembali ku berbisik pada diriku sendiri. Dan sekali lagi tepat, dalam hitungan ke tiga, 4 orang senior lainnya masuk ke dalam ruangan secara satu persatu. Begitu seterusnya ku tebak kejadian ditengah malam itu begitu teratur hingga adzan menggema.  Adzan subuh yang membuatku tersadar 100%, dan membuatku bertanya-tanya ,"kejadian yang barusan saya alami tadi, apakah sudah pernah saya alami sebelumnya..? atau saya dapat karunia dari Yang di atas untuk meramalkan kejadian..?".

Sepanjang perjalanan saya dari ruangan yang tadi menuju ke mesjid membuatku terus bertanya-tanya, dan seketika sakit kepala yang belum pernah ku rasakan sebelumnya tiba-tiba menghampiri kepalaku. Hampir tak bisa ku tahan, tapi tak sanggup pun aku untuk berteriak minta tolong. Sakit itu hanya berselang antara 15-20 detik, lalu lenyap begitu saja.

Esoknya kuceritakan kejadian ini kepada teman-temanku. Dan mereka semua hanya mentertawaiku dan berkata, "kalau mang bener begitu, kenapa gak manfaatin aja keahlian lo itu untuk lihat kunci jawaban ujian kemaren yang buat lo remedial..? Huwahahahahaha". Saya hanya melemparkan senyum dan bersyukur dalam hati sudah mendapatkan pengalaman yang begitu memuaskan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

keseharian anda tak pernah ada yang sama persis, maka ketika anda merasa dejavu, itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan untuk anda

Tidak ada komentar: