Jumat, 30 April 2010

Paradigma Style

Suatu kali saya ke kampus dengan tergesa-gesa karena terlambat, sehingga style apa hari ini yang akan ku pakai ke kampus menjadi tidak penting lagi. Apa yang ku lihat pertama kali, itu yang ku pakai. Saat itu saya mengenakan celana panjang yang bagian lututnya sudah sobek karena tidak sengaja (jatuh dari motor), baju kaos, dan sepatu kotak-kotak yang sebenarnya sudah bisa dikatakan sendal sepatu karena keseringan saya menginjak bagian tumitnya hingga tak terpakai seluruhnya oleh bagian kaki saya. Sesampai di kampus, spontan teman saya berkata seperti ini,"Adhy.. kenapa gayamu hari ini kaya' penjual jalang kote??", saya kaget dan terdiam sejenak sambil melirik sekitar, berharap tak ada orang lain yang mendengar perkataannya selain saya.
"Oh sorry, terburu-buruka tadi bela.. hehe"

Saya sempat mengingat pernah berpapasan dengan pedagang asongan kampus yang memakai sepatu yang mirip dengan saya. Yah, saya akui kalau sepatu ini memang saya beli setelah tawar menawar dengan pedagang sentral, tapi memangnya ada yang salah kalau saya memakai hal yang sama dengan orang lain yang notabene nasibnya kurang beruntung dari saya yang bisa kuliah? dibandingkan dengan dia yang hanya bisa berdagang asongan? Sekali lagi saya kembalikan pada paradigma masing-masing tentang devinisi style, golongan mode, atau orang yang pantas memakai. Tapi menurut saya, style itu diciptakan oleh siapa saja dan untuk siapa saja. Suka tidak suka, anda tidak berhak ikut campur karena setiap orang sudah memiliki HAK asasi, apalagi ini negara bebas. Saking bebasnya yah banyak seks bebas, bebas korupsi, bebas menyuap. Hahaha

Kembali pada paradigma style. Apakah orang tidak mampu tidak boleh bergaya? dari pertanyaan itulah mungkin muncul yang namanya brand atau merk palsu yang style nya hampir mirip namun kualitas dan harga jauh lebih rendah dari aslinya. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin mengikuti trend namun duit jajanpun tak mencukupi. Jadi yah jalan satu-satunya dengan membeli barang serupa tapi tak sama. Ketika orang yang sehari-harinya mampu membeli apapun, dan tiba-tiba memakai brand palsu, maka dia akan di judge kalau stylenya mirip dengan si A, si B, atau menyebutkan profesi yang mereka anggap rendah.

Contoh yang paling umum deh, pernahkah seseorang lewat di depan anda dengan pakaian bergaya sok emo? lalu anda berdecak dalam hati atau bisikan kecil,"ckckck.. alaynya gayanya deh..".
Nah, perkataan itu mungkin keluar saat anda melihat seseorang yang wajahnya kucel, rambut gak shampoan, dan dengan wajah dompet tipis. Bagaimana jika anda melihat seseorang dengan style yang sama tapi saat itu posisinya dia lagi turun dari Alphard nya?? mungkin anda akan memaklumi, bahkan berkata,"wah.. kerennya style nya tawwa.. cocok banget..". Hahaha.. Disitulah lucunya, orang gak berduit dilarang bergaya lah, kalau pandangan anak muda sekarang.

Kadang saya sedih dengan ABG jaman sekarang yang pada demen sama mode emo. Padahal di Amerika sana, emo di pandang sebelah mata. Emo adalah salah satu identitas diri abg Amerika kalau mereka adalah GAY. Karena 90% abg Amerika yang bergaya emo adalah GAY. Mungkin satu-satunya cara yang baik sebelum mengikuti trend adalah dengan terlabih dahulu mengetahui asal usulnya. Seperti tindik dan tatto juga. Seseorang akan menganggap dirinya keren jika memakai piercing di tubuhnya, atau ada gambar keren yang menutupi lengan dan bahunya. Padahal pada zaman dahulu, untuk membedakan masyarakat rendahan (budak) dengan masyarakat biasa adalah dengan cara memakaikan tindik dan menempelkan tatto pada tubuh budak-budak tersebut. Lalu jaman kini malah menjadi terbalik. Orang berduit malah senang bergaya demikian. Alangkah Lucunya Negeri Ini (judul film kaleee)

Intinya adalah, bukan style apa yang digunakan seseorang, tapi siapa yang memakainya. Itulah paradigma umum sekarang ini. Anda bisa membayang ketika Lady Gaga lewat di depan anda?? Dengan style yang sama dengan videophone.. rambut yang digulung dengan kaleng bekas minuman. Anda pasti akan terkagum-kagum dan berkata,"Nah.. inilah yang namanya mode, kreatif abisss..!!". Bagaimana dengan seseorang yang biasa saja lewat di depan anda? seorang cewek dengan style yang sama dengan Lady Gaga?? Saya yakin anda akan tertawa terbahak-bahak, bahkan lari sekencang-kencangnya kalau perlu karena anda menganggap dia gila.

Yah.. style tetaplah style, siapapun yang memakainya, maka akan tetap sama namanya.. Dan jika itu tak cocok dengan diri anda, maka jangan anda gunakan. Hahahaha..



---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
keseharian anda tak pernah ada yang sama persis, maka ketika anda merasa dejavu, itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan untuk anda

Tidak ada komentar: