Jumat, 30 April 2010

Logam Dua Sisi

Kehidupan dan masalah bagaikan dua sisi logam yang sangat sulit untuk dipisahkan. Untuk mencapai sebuah kesuksesan, seseorang terlebih dahulu pasti memiliki masalah. Namun di sisi baiknya, seseorang mampu belajar dengan masalah yang mereka telah hadapi, dan sebisa mungkin untuk mempelajari bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Tidak dengan gegabah, namun tetap menganut prinsip "logam dua sisi".

"what the mean of that?",


Ketika seseorang dihadapkan dalam sebuah masalah, baik dalam lingkup kecil atau luas sekalipun, maka pandanglah masalah itu bukan hanya pada satu sisi. Mungkin kita bisa saja merasa sangat tertekan dengan konflik realistis yang sementara terjadi. Sehingga timbul rasa kecewa, menyerah, sikap negatif, dan sensitif terhadap orang lain. Reaksi yang kita ekspresikan sangatlah normal. Namun, tidak ada salahnya jika kita mencari sisi 'logam' yang lain dalam hal ini. Dengan maksud, mencari hal positif dari masalah yang timbul. Berusaha mencari sisi positif dari masalah memang tidak mudah, namun dalam proses pencarian, tanpa disadari otak akan merespon dan menimbulkan sikap positif dari tubuh.


"what the advantages?",


Pertama, orang-orang sekitar tidak akan mengetahui bahwa kita memiliki masalah, sehingga kita tidak menjadi bahan pembicaraan orang lain. Apabila kita menampakkan di muka umum saat kita memiliki masalah, maka orang-orang yang tidak menyukai kita akan merasa senang. Mungkin ada beberapa orang yang iba dengan apa yang kita alami, tapi belum tentu mereka mau untuk terjun dan terlibat langsung dalam masalah pribadi kita. Jika sikap positif itu telah muncul, sekurang-kurangnya kita dapat tersenyum. Dan kita bisa memilih seseorang yang bisa kita percaya untuk berbagi cerita.


Kedua, beban yang ditimbulkan dari konflik akan terasa sedikit lebih ringan dari sebelumnya. Fikiran bisa terasa lebih 'fresh' dan mampu membuka pikiran lebh luas. Hingga dengan mudahnya kita menemukan solusi dari hal yang membuat kita 'stress' selama ini.


"what will we do next?"


Cari akar permasalahan. Sebelum meneliti lebih lanjut sebab dari akibat yang ditimbulkan, kita perlu menginstropeksi diri lebih dahulu. Apakah sikap kita selama ini sudah benar atau tidak? Jika kita merasa kurang yakin, maka mintalah bantuan orang lain. Biasanya orang lain yang lebih memperhatikan tingkah laku kita tanpa kita sadari. Cari orang yang benar-benar kita percayai untuk menyimpan rahasia kita. Dan berkomunikasilah dengan baik kepada orang tersebut. Di sini, komunikasi yang sangat utama. Jika sedikit kita salah bicara atau menyinggung orang lain, maka akan timbul masalah baru.


Setelah kita merasa baik-baik saja dengan diri kita, maka telitilah lebih lanjut. Misalkan dalam contoh kasus berikut. Si A telah dituduh oleh si B mencemarkan nama baiknya. Pada contoh tersebut, apabila si A benar-benar tidak bersalah, maka korban dalam kasus ini adalah A dan B. Umpamakan diri kita sebagai B. Sebaiknya jangan langsung berbuat hal untuk membalas si A. Seperti menyinggung si A dengan sindiran halus, memperolok-olok si A, atau menceritakan keburukan si A. Karena dalam hal ini A belum tentu bisa dibuktikan sebagai tersangka. Maka tindakan yang harus dilakukan si B adalah bersikap biasa-biasa saja dan jangan terpancing emosi. Apabila si C sebagai tersangka penghasut melihat si B marah kepada si A, maka si C akan merasa sangat senang karena misinya berhasil. Kemudian si B sebaiknya berbicara langsung kepada si A dan memperjelas keadaan yang telah terjadi, tentunya dengan cara yang sopan dan menanyakannya pelan-pelan, tidak ada salahnya sambil tersenyum. Apabila si A menyangkali perbuatannya, maka panggillah si C untuk meluruskan kalimatnya dan pertemukan dia dengan si A. Dengan ini titik permasalahan akan segera kita temukan.


"what if I as an A?"


Jika dalam kasus tersebut kita sebagai A, langkah awal yang kita lakukan adalah bersikap biasa-biasa saja dan menunggu reaksi yang ditimbulkan oleh B (dalam kasus si A telah mengetahui konflik tersebut). Apabila si B merasa baik-baik saja dan sikapnya tidak berubah kepada kita, maka beruntunglah kita memiliki seorang teman seperti B yang tidak mudah terhasut, dan masalah sudah selesai a.k.a 'case closed'. Namun, apabila si B menunjukkan sikap negatif kepada kita, maka kita tidak boleh membalasnya dengan cacian, karena konflik akan semakin melebar. Bukan perang mulut saja yang akan terjadi, tapi bogem mentah bisa saja kita lemparkan atau dapatkan. Sebagai manusia yang memiliki akal sehat, kita sebagai pihak A sebaiknya menanyakan langsung kepada B, mengapa sikapnya sangat berbeda belakangan ini. Kalau B sudah terpancing emosi terlebih dahulu, maka kita harus membalasnya dengan senyuman. Tunggu sampai emosi B menjadi reda dan lanjutkan pembicaraan kita. Dengan begitu masalah yang ada tidak akan berlarut-larut atau mungkin melebar.


Intinya adalah, masalah merupakan sesuatu yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita, namun masalah yang ada tidak selamanya hanya memiliki dampak negatif, tapi juga bisa kita jadikan sebagai bahan pembelajaran. So, face problems with the best smile. ^^~


------------------------------------------------------------------------------
keseharian anda tak pernah ada yang sama persis, maka ketika anda merasa dejavu, itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan untuk anda

1 komentar:

sifarhan mengatakan...

waw, bagus deh. pas pisan, cocok ama kejadiannnya.. hahaha